HiyatSlap.com — Salam sobat barakah! Pernah nggak sih bayangin kalau brand UMKM kamu bisa jadi jalan buat ngajak orang ke kebaikan? Data dari Journal of Islamic Marketing bilang, 70% konsumen Muslim lebih loyal ke brand yang punya nilai spiritual. Tapi, tantangannya: gimana bikin branding yang nggak cuma jualan, tapi juga nyebarin pesan Islam? Di artikel ini, kita bakal kupas lima cara keren buat UMKM Muslim kayak kamu menjadikan branding sebagai alat dakwah, biar bisnis nggak cuma untung, tapi juga barakah!
Ingatlah bahwa proses perjuangan kita buat membangun brand yang bukan hanya untung secara profit tetapi barakah sehingga lebih besar tantangannya dibanding usaha lainnya namun juga sejajar dengan keuntungan bukan hanya pahala dunia tetapi akhirat.
Perlu dicatat dalam artikel ini — yang kita catat tidak ada rumus instan untuk meningkatkan penjualan, kesadaran merek maupun perubahan secara drastis ya karena semua itu butuh progres. Hanya saja satu tujuan yang kita ingin capai bersama dalam dunia UMKM ini adalah keberkahan, jika setuju lanjut gess!
Sisipkan Pesan Islami di Tagline atau Kemasan
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik…” (QS. An-Nahl: 125).
Apa Artinya?
Branding yang berdakwah dimulai dari pesan sederhana yang nyentuh hati. Tagline atau kutipan ayat di kemasan bisa jadi pengingat nilai Islam buat konsumen.
Sobat Barakah, coba kita renungkan sejenak. Di tengah hiruk-pikuk dunia, seringkali kita butuh pengingat-pengingat kecil tentang kebaikan dan tujuan hidup kita. Nah, kemasan produk UMKM kita bisa jadi media pengingat itu! Konsumen Muslim, terutama generasi muda yang melek digital dan tinggal di perkotaan seperti Jabodetabek, menurut riset (seperti yang disebut dalam Journal of Islamic Marketing), ternyata sangat menghargai brand yang tidak hanya menjual produk fisik, tapi juga punya “ruh” atau cerita bermakna di baliknya. Mereka mencari koneksi spiritual, bahkan dalam aktivitas belanja sehari-hari.
Bayangkan saat pelanggan kita menerima paket berisi kue lezat buatan Sobat. Di kemasannya, ada tulisan simpel seperti contoh di Bogor itu: “Rezeki itu dari Allah”. Pesan ini mungkin hanya beberapa kata, tapi dampaknya bisa dalam. Mungkin saat itu pelanggan sedang merasa cemas tentang rezeki, lalu membaca pesan itu dan hatinya menjadi lebih tenang, teringat bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki. Atau mungkin itu menjadi pengingat syukur saat menikmati kue tersebut. Inilah yang disebut menyentuh sisi psikologis konsumen – kita tidak hanya menjual kue, tapi juga ketenangan hati dan pengingat kebaikan.
Jadi, “menyisipkan pesan” ini bukan sekadar tempelan ayat biar terkesan Islami. Ini adalah upaya strategis untuk membangun branding yang relatable dan bermakna bagi target pasar kita. Pesan itu haruslah jelas, mudah dipahami, dan terasa tulus, bukan dibuat-buat. Bisa muncul di mana saja: stiker kemasan, kartu ucapan terima kasih di dalam paket, caption di media sosial, bahkan desain booth saat pameran.
Kuncinya adalah memahami nilai inti (value proposition) bisnis kita. Apa pesan utama yang ingin kita sampaikan selain produk itu sendiri? Kalau Hiyat Inc fokus pada “Edukasi”, “Barakah”, dan “Umat”, maka pesan-pesan yang disisipkan akan berputar di sekitar nilai-nilai itu. Gunakan mindmapping untuk menggali ide-ide pesan yang relevan dengan produk dan nilai inti brand kita. Dengan pesan yang tepat, produk kita tidak hanya ‘dikenal’, tapi ‘dirasakan’ kehadirannya sampai ke alam bawah sadar konsumen, insya Allah bisa memangkas biaya promosi juga karena brand kita ‘berbicara’ sendiri.
Tips Praktis:
- Pilih ayat atau hadits pendek yang relevan, misalnya tentang kejujuran.
- Tulis tagline simpel kayak “Setiap Langkah, Penuh Barakah”.
- Tes pesan di Instagram Story buat lihat respons audiens.
Contoh Kasus:
Sebuah brand kopi syariah di Jakarta pake tagline “Teguk Nikmat, Ingat Rahmat”. Hasilnya? Penjualan naik 20% gara-gara pelanggan ngerasa terkoneksi secara emosional.
Ceritakan Kisah Dakwah Lewat Konten Media Sosial
“Kebaikan itu menyebar seperti aroma wangi…” (HR. Muslim).
Apa Artinya?
Media sosial adalah “masjid digital” buat nyebarin dakwah. Konten yang ceritain nilai Islam bisa bikin brand kamu dikenal sebagai penginspirasi.
Di era digital ini, terutama tahun 2025 dan seterusnya, platform seperti TikTok dan Instagram sudah menjadi ‘ruang tamu’ utama bagi konsumen muda. Mereka tidak hanya mencari hiburan, tapi juga inspirasi dan koneksi. Di sinilah peluang besar UMKM Muslim untuk berdakwah lewat konten. Jangan anggap media sosial hanya tempat jualan hard selling. Jadikan ia mimbar untuk berbagi cerita yang menyentuh dan menginspirasi.
Coba bayangkan, Sobat membuat video pendek di TikTok atau Reels Instagram yang menampilkan proses produksi yang mengutamakan kehalalan dan kebersihan, sambil diselipi narasi tentang pentingnya mencari rezeki yang thayyib. Atau mungkin cerita tentang salah satu karyawan yang rajin bersedekah dari hasil kerjanya, atau bagaimana sebagian keuntungan UMKM Anda disalurkan untuk kegiatan sosial. Cerita-cerita ‘manusiawi’ seperti ini seringkali jauh lebih mengena daripada sekadar posting foto produk. Ini membangun kedekatan emosional dan menunjukkan bahwa brand Anda punya ‘hati’ dan nilai-nilai luhur, sejalan dengan semangat mencari keberkahan.
Memang, membuat konten yang viral itu tidak mudah dan seringkali ada faktor ‘X’ atau algoritma. Jadi, fokuslah pada kualitas, bukan kuantitas. Viral itu bonus! Yang terpenting adalah bagaimana konten kita bisa memberikan dampak positif dan manfaat bagi audiens, sekecil apapun itu. Apakah konten kita membuat mereka tersenyum? Merenung? Terinspirasi berbuat baik? Itulah ‘viral’ yang sesungguhnya dalam konteks dakwah.
Tiga kunci kualitas konten yang perlu diingat:
1. Storytelling yang Jelas & Unik: Apa pesan utama yang ingin disampaikan? Bagaimana alur ceritanya agar menarik? Apa yang membuat cerita brand Anda beda?
2. Visual yang Mengkomunikasikan Pesan: Desain grafis, foto, atau video harus mendukung dan memperkuat pesan, bukan sekadar hiasan. Gunakan elemen visual yang konsisten dengan identitas brand.
3. Jadwal Konten yang Konsisten: Posting secara teratur menunjukkan brand Anda aktif dan berkomitmen. Buatlah kalender konten sederhana.
Jangan takut jika konten belum langsung viral. Teruslah mencoba, belajar dari respons audiens, dan yang terpenting, jaga niat untuk menyebarkan kebaikan lewat setiap postingan.
Tips Praktis:
- Buat video “Behind the Scene” produksi syar’i di TikTok.
- Share kutipan motivasi Islami setiap Jumat.
- Gunakan hashtag #DakwahLewatBranding biar viral.
Kolaborasi dengan Komunitas Muslim
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa…” (QS. Al-Ma’idah: 2).
Apa Artinya?
Branding yang berdakwah kuat kalo dibarengin sama komunitas. Kolaborasi dengan masjid atau komunitas Muslim lokal bikin brand kamu jadi “teman” umat.
Sobat Barakah, kita adalah makhluk sosial, dan dalam Islam, kekuatan ukhuwah (persaudaraan) dan ta’awun (tolong-menolong) sangat ditekankan. Ini juga berlaku dalam dunia bisnis dan dakwah. Berjalan sendiri mungkin cepat, tapi berjalan bersama komunitas akan membawa kita lebih jauh dan lebih kuat. Komunitas-komunitas Muslim, baik itu DKM masjid, kelompok kajian anak muda, komunitas pengusaha Muslim, majelis taklim ibu-ibu, hingga bazar Ramadan, adalah ekosistem yang penuh potensi untuk branding sekaligus berdakwah.
Kenapa? Karena anggota komunitas biasanya memiliki nilai dan minat yang sejalan. Saat brand kita hadir dan berkontribusi positif di tengah mereka (misalnya dengan menjadi sponsor kajian, mengisi acara, atau sekadar mendukung kegiatan mereka), kita tidak lagi dilihat sebagai ‘penjual’ semata, tapi sebagai bagian dari mereka, sebagai “teman” seperjuangan dalam kebaikan. Ini membangun kepercayaan dan loyalitas yang organik. Contoh UMKM fashion syar’i di Depok yang sukses setelah sponsor kajian adalah bukti nyata kekuatan kolaborasi ini.
Tapiii… kolaborasi juga perlu strategi dan kehati-hatian. Tidak semua komunitas cocok dengan brand kita. Kita perlu riset dulu, apakah nilai dan audiens komunitas tersebut benar-benar sejalan dengan target pasar dan pesan brand kita? Jangan sampai kita ‘salah kostum’. Selain itu, bersiaplah menghadapi kemungkinan adanya penolakan atau perbedaan pandangan dari sebagian anggota komunitas. Mungkin pesan branding kita dianggap terlalu komersil, atau berbeda dengan pemahaman mereka. Anggap ini sebagai proses belajar dan refleksi untuk memperbaiki cara komunikasi kita.
Fokus utama kolaborasi haruslah pada tujuan bersama untuk memberikan dampak positif dan keberkahan, bukan sekadar mencari validasi atau keuntungan materi sesaat. Ketika kita berhasil menemukan partner komunitas yang sevisi dan nilai pesannya tertanam kuat, maka kolaborasi itu ibarat menyatukan dua kolam ikan – potensinya menjadi berlipat ganda, memberikan manfaat besar bagi kedua belah pihak dan juga umat secara luas. Inilah kolaborasi yang barakah.
Tips Praktis:
- Sponsori acara komunitas, kayak buka puasa bersama.
- Buat produk edisi khusus bertema Ramadan atau Maulid.
- Undang komunitas buat share pengalaman pake produk kamu.
Contoh Kasus:
Sebuah UMKM skincare halal di Tangerang kolab sama komunitas hijabers, hasilnya? Brand awareness naik 35% dalam 3 bulan!
Desain Produk yang Mengedukasi Nilai Islam
“Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tak diberikan pada pendosa.” (HR. Ibnu Majah).
Apa Artinya?
Produk kamu bisa jadi “guru” yang ngajarin nilai Islam, kayak desain kemasan yang bikin orang ingat Allah atau produk yang ceritain kisah nabi.
Sobat Barakah, pernahkah terpikir bahwa produk fisik yang kita jual itu bisa menjadi media edukasi (ta’lim) yang efektif? Desain visual pada kemasan, merchandise, atau bahkan produk itu sendiri punya kekuatan untuk menyampaikan pesan dan ilmu secara halus namun mengena. Ini bukan berarti kita harus membuat produk yang rumit atau menggurui, tapi bagaimana kita bisa menyelipkan sentuhan edukasi Islami yang relevan dan menarik.
Misalnya, kemasan produk makanan bisa dilengkapi infografis simpel tentang adab makan sesuai sunnah, atau doa sebelum dan sesudah makan. Produk fesyen anak bisa memiliki motif yang menceritakan kisah nabi secara visual. Buku catatan atau agenda bisa diselipi kutipan hadits motivasi harian. Kartu ucapan terima kasih bisa berisi ajakan bersholawat atau doa kebaikan. Bahkan stiker kecil berisi doa sehari-hari yang disertakan dalam paket bisa menjadi pengingat yang bermanfaat.
Kuncinya adalah kreativitas dan relevansi. Pesan edukasi harus disampaikan dengan cara yang menarik, mudah dipahami, dan tidak terkesan memaksa. Tujuannya adalah agar konsumen merasa bahwa dengan membeli dan menggunakan produk kita, mereka tidak hanya mendapatkan manfaat fisik, tapi juga tambahan ilmu atau pengingat kebaikan. Mereka merasa ‘belajar sambil belanja’. Ini akan menciptakan value (nilai) lebih bagi produk kita dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan konsumen yang memang mencari produk yang sejalan dengan nilai-nilai keislaman mereka. Desain yang edukatif ini adalah bentuk dakwah bil-haal (dakwah dengan perbuatan/karya nyata).
Tips Praktis:
- Tambahin infografis sederhana tentang adab makan di kemasan makanan.
- Buat merchandise kayak stiker berisi doa harian.
- Pastiin desain simpel biar gampang dipahami.
Berbagi Kebaikan Lewat Program Sosial
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Bukhari).
Apa Artinya?
Branding berdakwah nggak lengkap tanpa aksi nyata. Program sosial, kayak donasi per penjualan, bikin brand kamu dikenal sebagai penyebar kebaikan.
Sobat Barakah, iman itu tidak hanya di hati dan lisan, tapi juga harus terwujud dalam perbuatan nyata (amal). Begitu pula dengan branding yang berdakwah. Setelah kita menyisipkan pesan, membuat konten inspiratif, berkolaborasi, dan mendesain produk edukatif, langkah selanjutnya yang menyempurnakan adalah aksi nyata berbagi kebaikan kepada sesama. Ini adalah bukti konkret bahwa brand kita tidak hanya ‘berbicara’ tentang nilai Islam, tapi juga ‘mengamalkannya’.
Di zaman sekarang, konsumen (khususnya konsumen Muslim) semakin peduli dan ingin mendukung brand yang memiliki tanggung jawab sosial. Mereka ingin merasa bahwa uang yang mereka belanjakan juga turut berkontribusi pada kebaikan yang lebih luas. Program sosial yang terhubung dengan brand kita bisa menjadi jembatan untuk itu. Misalnya, program “Beli 1 Donasi 1”, menyisihkan sekian persen keuntungan untuk anak yatim atau lembaga sosial, atau kegiatan berbagi rutin seperti contoh UMKM minuman di Bekasi yang bagi-bagi air mineral gratis di masjid.
Program sosial ini memiliki banyak manfaat:
1. Membangun Citra Positif & Kepercayaan: Brand akan dikenal peduli dan amanah.
2. Meningkatkan Loyalitas Pelanggan: Pelanggan merasa ikut berbuat baik saat membeli produk kita.
3. Menjadi Sarana Dakwah & Edukasi: Mengajarkan bahwa bisnis dan ibadah (memberi manfaat) bisa berjalan beriringan.
4. Mendatangkan Keberkahan: Insya Allah, dengan berbagi, rezeki dan usaha kita akan semakin diberkahi oleh Allah SWT.
Penting untuk menjalankan program sosial ini dengan transparan dan akuntabel. Ceritakan tentang program dan dampaknya kepada pelanggan (misalnya lewat media sosial atau website ), agar mereka tahu ke mana kontribusi mereka (lewat pembelian produk) disalurkan. Ajak juga mereka berpartisipasi jika memungkinkan. Dengan aksi nyata ini, branding kita sebagai penebar kebaikan akan semakin kuat dan otentik.
Tips Praktis:
- Luncurin program “Beli 1, Donasi 1” buat kegiatan sosial.
- Ceritain dampak program di Instagram atau website.
- Ajak pelanggan ikutan donasi lewat pembelian.
Contoh Kasus:
Sebuah brand minuman syariah di Bekasi bagi-bagi air mineral gratis di masjid tiap Jumat. Hasilnya? Brand mereka jadi topik hangat di komunitas lokal.
Kesimpulan
Sobat Barakah, lima cara ini—pesan Islami, konten medsos, kolaborasi komunitas, desain edukatif, dan program sosial—bisa bikin brand UMKM kamu nggak cuma laku, tapi juga nyebar kebaikan. Yuk, mulai dari yang kecil: coba sisipkan kutipan ayat di kemasan produk kamu minggu ini! Ingat, Rasulullah SAW bilang, “Sampaikanlah dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari). Bersama Hiyat Inc, mari bikin branding yang bawa barakah buat umat. Waallahu a’lam bishawab!
Infografis

Bagian Q&A
Q: Gimana kalau budget UMKM saya terbatas buat bikin konten dakwah?
A: Mulai dari yang gratis, kayak posting kutipan ayat di Instagram. Pakai Canva buat desain simpel, atau ajak temen komunitas bantu share.
Q: Apa desain dakwah nggak bikin brand kelihatan kaku?
A: Nggak kok! Kombinasiin dengan gaya modern, kayak font kekinian atau warna pastel, biar tetep menarik buat anak muda.
�� Referensi
- Sumber Syar’i: Al-Qur’an (An-Nahl: 125, Al-Ma’idah: 2), Hadits Bukhari-Muslim, Ibnu Majah.
- Data/Statistik: Journal of Islamic Marketing (Emerald Insight).
Artikel: “Islamic Branding Dalam Ekonomi Syariah” (jurnal.iain-bone.ac.id).