HiyatSlap.com — Salam sobat barakah tercinta! Kembali lagi pada artikel kedua saya setelah sebelumnya kita membahas tentang pentingnya manajemen waktu agar hidup lebih barakah. Dalam artikel kali ini kita akan membaHiyatSlap.com Hai sobat barakah! Sampai juga kita kepada pembahasan manajemen usaha barakah ya sob. Namun perlu diingat bahwa analisis maupun pendapat ini bisa saja berubah di lain waktu yang terus berjalan jadi teruslah gali pengetahuan Kamu sebagai penuntut ilmu sejati!
Di tengah maraknya bisnis berbasis riba dan ketidakpastian, usaha yang barakah menjadi oase ketenangan. Data State of the Global Islamic Economy Report 2023 menyebutkan, pasar halal global akan mencapai $3 triliun pada 2025. Artinya, peluang besar terbuka lebar bagi pengusaha Muslim!
Namun tantangannya sudah pasti ada, cara terbaik kita untuk memanfaatkan momentum ini adalah dengan mengambil langkah lebih maju. Maksudnya mulailah menetapkan tujuan utama & visi dalam membangun usaha kita yang barakah.
Lebih tepatnya blueprint tujuan usaha kita kedepan seperti apa dan apa yang ingin kita wujudkan di masa depan ini bisa berbentuk legasi atau aset peninggalan yang berharga kita di masa pensiun nanti bahkan bisa jadi peninggalan abadi untuk umat sehingga terlepas apapun itu intinya niat kita yang utama.
“Sesungguhnya suatu pekerjaan itu tergantung niatnya, kalau niatnya baik maka hasilnya barakah begitupun sebaliknya”.
Banyak sebenarnya isu yang mengaburkan bahwa ekonomi islam atau ekonomi syariah tidak akan bisa bangkit karena bertolak belakang banget dengan ekonomi kapitalis maupun konvensional.
Nyatanya dalam 30 tahun terakhir ekonomi konvensional mengalami inflasi tinggi otomatis menurunkan kualitasnya secara tajam berbeda dengan ekonomi syariah perlahan tapi pasti terus menunjukan kualitasnya dari pada sistem yang saat ini kita kenal yaitu riba!. Setiap orang memiliki perspektifnya tentang bunga yang menurut saya itu adalah bahasa samaran dari riba.
Apapun itu saya tidak akan memaksa setiap orang pada perubahan namun secara analisis mendalam maupun dikaitkan dengan sejarah yang kita kenal. Ekonomi yang disandarkan pada hukum islam maksudnya yang kembali pada al-Quran kitabullah dan hadits Nabi dalam fikih muamalah memang jelas mutlak akan kebenarannya.
Dahulu para ekonom yang bukan beraliran dalam ekonomi syariah mereka tertarik pada banyak ideologi dan doktrin-doktrin yang ekstrim. Mengapa mereka menutup mata pada kebenaran ekonomi syariah bisa saja karena umat islam sejak runtuhnya dinasti utsmaniyah mengalami kemunduran ekonomi namun jika ditelusuri lebih dalam sebelumnya maka disanalah kejadian fakta yang sebenarnya.
Ekonomi syariah saat itu belum dikenal dengan sebutan yang demikian tetapi mungkin lebih spesifik umat islam mengatakan sebagai Muamalah, Akad jual beli maupun apapun itu. Namun karena zaman telah berubah nama itu populer menjadi kata ekonomi yang dikenal dalam sejarah modern saat ini.
Yang membedakan antara Ekonomi Syariah dan Ekonomi Konvensional pastinya terletak kepada manusia itu sendiri. Dalam sistem ekonomi syariah berarti seorang hamba / manusia tunduk mutlak hanya kepada Allah dan berkasih sayang terhadap sesama manusia hingga tercipta kemerataan kemakmuran dalam perputaran harta yang beredar di masyarakat.
Berbeda tajam dengan Ekonomi Konvensional yang kita rasakan sekarang karena sistem ini merujuk pada ketaatan manusia kepada harta yang hakikat dari pada itu semua adalah bisa hilang! Sedangkan Tuhan yaitu Allah yang Maha Esa bersifat kekal mustahil Tiada.
Nah, apa dampaknya setelah kemerosotan ekonomi syariah dan tetap bertahannya ekonomi konvensional yang mengadakan unsur riba didalamnya atau dalam kata yang halus adalah bunga. Nyatanya yang terjadi sekarang adalah yang miskin akan lebih miskin lagi dan yang kaya bisa makin kaya lagi.
Kenapa begitu, jawabannya jelas karena tidak ada perputaran edaran yang adil pada ekonomi umat alias masyarakat. Jika begitu sistem ini tidak akan bertahan lama dan kemungkinan besarnya akan tumbang oleh ekonomi syariah yang lebih stabil secara hukum dan edarnya.
Tapi, banyak dari kita yang masih bingung:
– ❌ “Bagaimana mengelola usaha yang profitable tapi tetap sesuai syariah?”
– ❌ “Apa bedanya manajemen konvensional dan manajemen barakah?”
– ❌ “Bagaimana memulai dari nol dengan modal terbatas?”
Tenang! Artikel ini akan memandu Anda langkah demi langkah membangun usaha barakah yang tidak hanya menghasilkan profit, tapi juga pahala berkelanjutan.
LANGKAH 1: NIATKAN USAHA UNTUK IBADAH
“Barangsiapa yang niatnya untuk akhirat, Allah akan mencukupkan urusan dunianya.” (HR. Ahmad)
Tidak ada satupun manusia di muka bumi ini dalam sejarah sejak nabi Adam hingga kita sekarang maupun yang akan datang itu gak pernah bersalah. Dalam usaha pun begitu yang dikenal trial-error. Coba-coba lagi hasilnya gagal, coba-coba terus masih gagal namun jangan dianggap bahwa kegagalan itu artinya kita tidak pantas pada perubahan.
Secara fakta setiap kegagalan melahirkan pengalaman baru untuk jadi jauh lebih baik dari hari kemarin. Percaya atau tidak hari ini kita sudah ditahap versi terbaik kita daripada sebelumnya yang gak pernah gagal.
Sebagai seorang muslim tujuan kita dalam berusaha adalah mencari keberkahan itu, bukan! Sehingga setiap apapun yang kita dalami berarti harus sesuai dengan konsep ekonomi syariah yang jelas. Secara sederhana ekonomi syariah itu mencari nilai ketenangan dalam beribadah dari amal soleh atau pekerjaan kita saat ini semata karena ridho Allah.
Jadi apa yang dikerjakan seorang muslim apapun itu dengan niat karena Allah maka nilainya ibadah disisi Allah. Mau kita gagal ataupun hasil tidak ada perubahan di sisi Allah kecuali pahala. Nah namun jika kita menyimpang dalam kebenaran tentu hasilnya malah jadi dosa.
– Tulis “mission statement” usaha Anda di tempat yang mudah dilihat, contoh:
“Bisnis ini saya jalankan untuk memberi manfaat halal, menciptakan lapangan kerja, dan mendanai pendidikan anak yatim.”
– Awali dengan shalat istikharah sebelum memutuskan bidang usaha.
LANGKAH 2: PILIH BIDANG USAHA HALAL & KREATIF
Penting buat memahami dulu kapasitas kita sebagai siapa sebelum memilih bidang usaha halal & kreatif yang menjanjikan. Perlu diingat setiap hamba Allah itu sudah diberikan potensi-potensi uniknya sendiri.
Cara menganalisisnya cobalah dengan cara analisis SWOT atau cari tahu apa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kita. Namun cara ini tetaplah fleksibel dalam berjalannya waktu pertumbuhan diri kita secara alami.
Setelah memahami diri kita sendiri maka saatnya mendalami potensi kita dengan ranah yang dimaksud adalah lingkungan yang paling relevan untuk mengembangkan keahlian bidang kita yang berusaha menyelesaikan permasalahan kebutuhan umat.
Ingatlah bahwa yang halal jelas halal dan yang haram jelaslah haram tetapi di tengahnya ada syubhat (samar). Yang syubhat itu hendaknya dijauhi karena itu bagaikan kita berada di antara tanah terlarang bilamana kita terus terjerumus dalam syubhat maka akan dikhawatirkan terjatuh dalam jurang maksiat.
Selanjutnya cobalah untuk memetakan pola dan target nilai nilai yang kita usung dalam mengelola usaha halal kita agar bermanfaat dan barokah. Caranya adalah menggunakan metode bisnis model kanvas syariah. Yang terdiri dari:
Bisnis Model Kanvas Versi Syariah Adalah adaptasi dari Business Model Canvas (BMC)yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Model ini tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek keadilan, kemaslahatan (manfaat bagi umat), dan keberkahan dalam bisnis.
Berikut adalah 9 elemen BMC Syariah beserta penjelasannya:
1. Value Propositions (Nilai Tambah Syariah)
-Produk/Jasa Halal: Menawarkan barang atau jasa yang sesuai dengan syariat Islam.
-Manfaat Sosial & Spiritual: Tidak hanya profit-oriented, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat (misal: zakat, infak, sedekah).
-Keunikan Syariah: Misalnya, sistem bagi hasil (profit-sharing) bukan riba, transaksi tanpa gharar (ketidakpastian), dan maisir (judi).
Contoh:
– Bank Syariah dengan produk mudharabah/musyarakah.
– Toko online yang menjamin kehalalan produk.
Dalam menentukan proposisi nilai produk atau bisnis kita maka perlu kita meninjau lebih rinci terhadap produk atau jasa yang akan kita tawarkan kepada umat. Kejelasan dan kemampuan untuk bertanggung jawab pada nilai utama yang kita akan berikan kepada pelanggan adalah hal paling fundamental dalam etika bisnis seperti kejujuran dan amanah.
Hal ini nanti akan berperan besar juga terhadap branding kita kepada prospek dalam jangka panjang. Branding itu secara dasar menyentuh pesan utama kepada benak pelanggan kita ketika menyebut dan teringat brand/ merek kita berdasarkan nilai yang mereka dapatkan.
Tujuan utama menetapkan proposisi nilai usaha halal kita adalah untuk memperjelas dan meyakinkan suatu produk memiliki arah yang lurus dalam keberkahan sehingga sulit untuk kehilangan arah dalam perjalanan panjang.
2. Customer Segments (Segmentasi Pelanggan)
-Muslim yang sadar syariah: Konsumen yang memprioritaskan kehalalan dan etika bisnis Islam.
-Umum (non-Muslim): Yang tertarik dengan keadilan dan keuntungan bisnis syariah.
-Komunitas sosial: Lembaga zakat, wakaf, atau organisasi Islam.
Dalam menganalisa target prospek pelanggan kita bisa memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan data strategis berdasarkan ceruk pasar yang akan kita pilih secara spesifik. Pelajari persona target pelanggan mulai dari demografisnya, psikografisnya, kebiasaannya hingga sikapnya seperti apa.
Setelah mendapatkan data yang cukup dilakukannya evaluasi data bisa menggunakan kecerdasan buatan (AI) jika ingin lebih fleksibel dan hemat waktu seperti chat GPT, Deep Seek dan sebagainya.
Ini penting terutama bagi para wirausahawan yang ingin terus mengikuti zaman dan teknologi. Namun ingatlah bahwa ini semua hanya alat yang berperan terhadap keberhasilan kita dimasa yang akan datang adalah yang Maha Kaya tersebut.
Tujuan kita dalam menetapkan segmen pelanggan adalah ikhtiar bagus dan terukur untuk memaksimalkan kinerja bisnis kita agar lebih barakah dan stabil!.
3. Channels (Saluran Distribusi Syariah)
-Platform digital syariah: Misalnya e-commerce dengan sertifikasi halal.
-Kerjasama dengan lembaga syariah: Misalnya distribusi melalui masjid atau pesantren.
-Transaksi langsung dengan prinsip jual beli yang transparan (misal: murabahah).
Selanjutnya saluran juga memegang peran penting dalam usaha kita baik itu secara online maupun offline. Dalam hal ini sangat penting kita mengenal e-commerce ataupun sosial media mana yang memiliki sertifikasi halal nyatanya sosial media yang kita gunakan sehari-hari saat ini toh gak ada — hanya membuat kita terdistraksi jika tanpa kontrol diri.
Intinya kita harus memahami saluran mana yang kita tuju untuk hasil terbaik namun tentu saja harus ada trial-and-error dulu. Dengan berjalannya waktu kita akan memahami pola audiens maupun pelanggan kita secara konsisten.
4. Customer Relationships (Hubungan Pelanggan Syariah)
-Prinsip ukhuwah (persaudaraan): Pelayanan ramah, adil, dan jujur.
-Transaksi berbasis kepercayaan(amanah).
-Program syariah: Misalnya membership dengan bagi hasil, atau reward berupa sedekah.
Ingat perbedaan penting! usaha kita dengan konvensional adalah tidak melulu soal uang tetapi persaudaran. Kita tentu tidak hanya mengambil keuntungan namun membuat pelanggan kita merasa kecewa, tidak dihargai dan galau pada akhirnya.
Ini juga akan berdampak dalam jangka panjang jika tidak dikelola dengan baik. Dalam mengenal usaha barakah pada hubungan kita dengan pelanggan menjadi aset jangka panjang bukan hanya tentang keuntungan namun ada nilai saling bantu sesama saudara seiman.
5. Revenue Streams (Sumber Pendapatan Syariah)
-Bagi hasil (profit-sharing): Seperti dalam mudharabah atau musyarakah.
-Fee-based service: Biaya administrasi yang transparan (bukan riba).
-Wakaf produktif atau dana sosial: Jika bisnis memiliki aspek sosial.
Hindari:
– Pendapatan dari bunga (riba).
– Penetapan harga eksploitatif.
Aliran pendapatan yang kita dapatkan dari hasil usaha kita adalah amanah yang perlu kita jaga namun bukan artinya kita menjadi pelit atau kikir. Sebagai seorang muslim kita dilatih untuk menjadi umat pertengahan.
Artinya kita harus bisa menjadi penyeimbang dalam artian yang luas keseimbangan itu juga berarti keadilan. Disinilah kita memahami bahwa konsep barakah itu memiliki aspek kualitas iman dan kuantitas moral.
6. Key Resources (Sumber Daya Utama Syariah)
-Sumber daya halal: Bahan buka, modal, dan proses produksi sesuai syariah.
-SDM yang memahami fiqh muamalah.
-Dukungan ulama/dewan syariah untuk audit kepatuhan.
Sumber daya selanjutnya menjadi sangat penting terutama ketika usaha kita terus naik namun bukan berarti kita yang baru memulai usaha tidak mengusahakannya untuk berjaga-jaga di kemudian hari.
Sumber daya utama dalam membangun usaha yang barakah pastinya sumber daya manusia atau karyawan yang bisa sevisi dalam agama maupun bisnis dengan begini bisa terbina saling ridho. Lalu sumber daya alam pun menjadi penting asalkan sumber nya jelas dan tidak merugikan siapapun.
7. Key Activities (Aktivitas Utama Syariah)
-Edukasi syariah: Sosialisasi produk halal kepada konsumen.
-Audit syariah: Memastikan seluruh proses sesuai prinsip Islam.
-Pengelolaan zakat/infak: Jika bisnis memiliki komponen sosial.
Hal ini terkait persoalan dalam aktivitas sebuah usaha untuk menjalankan usahanya hingga menghasilkan keberkahan untuk semua. Ini tidak hanya akan berdampak pada branding kita tetapi juga menghasilkan energi persaudaran yang lebih kuat.
Kita memahami bahwa prinsip kejujuran adalah aktivitas yang wajib ada pada sebuah usaha itu dan tentu dalam usaha yang memegang nilai syariah dalam bisnis menjadi sakral adanya. Namun bukan hanya itu keahlian bidang pun harus terus ditingkatkan dalam melakukan aktivitas usaha kita kepada umat.
8. Key Partnerships (Kemitraan Syariah)
-Lembaga keuangan syariah: Bank syariah, fintech syariah.
-Pemasok halal: Supplier dengan sertifikat halal.
-Dewan Pengawas Syariah (DPS): Untuk validasi kepatuhan.
Nah, masuk kita ke pembahasan yang cukup sensitif. Dalam mencari partner penting bagi kita memahami lagi agar usaha kita bisa terus berjalan bahkan kalau bisa sampai anak cucu cucu kita. Maka dari itu proses awal menentukan partner sangat penting apalagi kaitannya dengan pinjam meminjam atau utang piutang.
Haram hukumnya secara telak berhutang melalui siapapun dengan ngasih bunga baik kecil apalagi besar. Di bank konvensional banyak terjadi namun perlu dipahami bahwa sistem begini akan menjadi racun dalam jangka panjang terhadap usaha kita walaupun usaha kita halal pada dasarnya namun sayang modal awalnya dari sesuatu yang menimbulkan kehancuran.
9. Cost Structure (Struktur Biaya Syariah)
-Biaya operasional halal: Tidak ada biaya yang terkait riba.
-Alokasi dana sosial: Zakat (2,5%), infak, atau CSR syariah.
-Transparansi biaya: Tidak ada manipulasi (gharar).
Akhirnya, dalam menetapkan anggaran kita bukannya hanya berbisnis untuk dunia tetapi akhirat. Ini juga yang membedakan secara jelas antara usaha barakah dengan usaha syubhat/ gharar. Disini juga bisa menjadi sumber refleksi diri setelah kita hidup apa yang akan kita bawa setelah mati.
Hanya amal soleh lah yang akan menjadi teman kita dikubur dalam kaitannya topik kita saat ini sehingga selain berfokus pada anggaran operasional proyek kita juga harus pandai menganggarkan untuk kebutuhan zakat dan sedekah untuk orang-orang yang tidak mampu.
Dengan demikian terciptalah poros perputaran harta sehingga ekonomi umat akan berkembang seiring waktu secara konsisten, insyaallah..
Contoh Penerapan BMC Syariah
Bisnis:Kafe Halal
-Value Prop: Makanan halal, lingkungan islami, sebagian keuntungan disedekahkan.
-Revenue: Penjualan makanan + donasi sukarela.
-Key Partners: Petani lokal, distributor halal, BAZNAS.
Kesimpulan
BMC Syariah menekankankeseimbangan antara keuntungan dan nilai-nilai Islam, dengan mengintegrasikan prinsip keadilan, transparansi, dan kemaslahatan umat. Model ini cocok untuk startup, UMUM, atau bisnis sosial berbasis syariah.
(Contoh Bidang yang Sedang Tren):
1. Konten Kreatif Islami: Video edukasi Quran, desain kaligrafi digital.
2. Fashion Syar’i: Hijab eco-friendly, kaos dengan quotes Quran.
3. Agroindustri Halal: Madu organik, kurma dengan sistem bagi hasil.
(Yang Harus Dihindari):
– ❌ Riba (bunga bank konvensional).
– ❌ Gharar (ketidakjelasan, seperti judi atau investasi bodong).
LANGKAH 3: RENCANA KEUANGAN SYARIAH
(Tools Gratis untuk UMKM):
– iGrow: Aplikasi pencatat keuangan + zakat.
– Baznas Calculator: Hitung zakat usaha otomatis.
(Alokasi Keuangan Ideal):
1. Modal: 60%
2. Dana Sosial (Zakat/Infak): 2.5%
3. Cadangan Risiko: 10%
4. Reinvestasi: 27.5%
Setiap dari kita memiliki prioritas unik namun perlu kita pahami bahwa 4 dasar keuangan ini harus ada dalam kaitannya membangun usaha yaitu: Modal, Dana Sosial, Cadangan Risiko/ Dana Darurat, Reinvestasi.
Dalam memahami lebih dalam keuangan syariah bisa membaca lebih lanjut dalam artikel kita sebelumnya: Manajemen Finansial Barakah
LANGKAH 4: REKRUT TIM YANG SEVISI
(Contoh Kriteria Karyawan):
– ✅ Kompeten di bidangnya.
– ✅ Memahami prinsip halal-haram dalam pekerjaan.
(SOP Islami di Tempat Kerja):
– Shalat berjamaah wajib di kantor.
– Transparansi gaji tanpa diskriminasi.
Tantangan baru dimulai! Ingatlah bahwa mencari tim yang benar-benar sevisi tidak terjadi dalam satu malam itu perlu pemahaman dan konsistensi dalam menjaga hubungan. Dalam hal ini gaji atau uang yang kita miliki bukan menjadi alat senjata yang ampuh untuk menemukan orang-orang yang kita cari.
Dan kenapa ini penting, jelas dalam dunia bisnis kita seperti roda yang berputar dan bayangkan jika roda kita terperosok kedalam lubak yang saat itu kebetulan kita berada dibawah dan hal ini lah akan mengikis habis siapa orang-orang yang benar-benar peduli dengan visi kita atau malah tidak ada yang peduli sama sekali.
Tenang! Kamu tidak sendirian karena memang ini adalah proses dan kita harus menerima sebagai pengusaha muslim yang mencari keberkahan bahwa proses itu nikmat. Tidak ada jalan yang mudah untuk mencari keberkahan dalam mode pengujian. Kadang kita bisa merasa kesepian dan hampir menyerah tetapi perlu diingat itu hanya proses.
Mudah banget memang mengatakan ini semua hanya proses nyatanya akan ada tangisan, kekecewaan dan sakit hati atas kekeliruan yang sudah kita jalankan bersama orang-orang yang kita anggap sevisi padahal tidak.
Tidak ada rumus untuk memaksakan orang-orang baik profesional maupun kerabat kita harus sevisi dengan kita. Nyatanya dijalan ini adalah jalan yang penuh sesak dan hampir kehilangan percaya diri serta antusias kembali kepada bisnis.
Namun kita kembali kepada tujuan awal keberkahan. Maka jalan terbaik itu semua adalah hanya kembali kepada Allah Sang Maha Pengatur Segalanya. Jangan hanya di titik lemah kita kembali kepada-Nya tetapi di titik kejayaan pun harusnya begitu.
Selanjutnya kita juga harus membuka peluang yang kita anggap bisa kompeten dan sevisi dengan nilai yang kita bangun secara bertahap. Dan dengan berjalannya waktu kita akan memahami pola nilai keberkahan yang kita anut daripada sebelumnya yang mengandalkan duit namun ketika bisnis mode stuck semua hilang begitu saja.
LANGKAH 5: MARKETING DENGAN ETIKA ISLAMI
– Storytelling: Ceritakan perjalanan usaha Anda dengan nilai tawakal.
– Konten Edukasi: Bagikan tips bisnis syariah di Instagram/TikTok.
– ❌ Ghibah kompetitor.
– ❌ Klaim palsu (“Produk saya yang terbaik!”).
LANGKAH 6: EVALUASI BERKALA
(Parameter Keberhasilan):
1. Profit: Apakah meningkat?
2. Dampak Sosial: Berapa karyawan yang sudah bisa umrah/haji?
3. Kepatuhan Syariah: Apakah ada transaksi meragukan?
Banyak kekacauan di zaman modern, dan saya juga korban dari ganasnya kecurangan pada pemasar supaya mereka mendapatkan keuntungan dengan cara brutal. Tentu aku ingin to-the-point aja pada kenyataan bahwa copywriting bisa menyesatkan dan desain katalog produk pun juga sama.
Lalu sebagai pengusaha barakah maka sebenarnya langkah apapun yang kita ambil itu bisa dibenarkan asalkan tidak mengandung ketidakjelasan maupun samar. Maka dari itu berusahalah secara jujur dan amanah sesuai ceruk pasar yang kita tuju. Ini sebenarnya tidak hanya berdampak pada bisnis tetapi dalam jangka panjang ini membuat usaha kita semakin barakah.
Barakah dalam kata lebih luas bisa berarti kestabilan yang merujuk kepada manfaat luas yang berdampak pada masyarakat bukan hanya secara lokal bahkan hingga global. Sayangnya konsep barakah kadang masih dipatahkan dengan ideologis yang tidak bertanggung jawab.
Jadi inilah waktu yang pas untuk menjadi pemasar barakah untuk mempromosikan produk secara luas dengan jujur dan apa adanya namun dampaknya nyata dalam jangka panjang. Dasarannya cara intingan mendapat keuntungan memang menggiurkan namun nyatanya sejarah terus membuktikan bahwa resikonya menggerus keberkahan dan kehancuran bukan hanya bisnis tetapi hidup kita dimasa yang akan datang.
Kiat cara terbaik menjadi pemasar yang barokah kembali pada prinsip syariah yaitu al-qur’an dan sunnah.
LANGKAH 7: SEDEKAHKAN SEBAGIAN KEUNTUNGAN
– “1 Pembelian = 1 Paket Makan untuk Anak Yatim”
– “10% Profit untuk Beasiswa Tahfidz”
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai…” (QS. Al-Baqarah: 261).
Kunci selanjutnya adalah sedekah. Tidak ada angka harus tetapi yang paling utama ada dari niat yang tulus dan ikhlas. Ketika kita sudah melewati masa-masa dimana sulit rasanya mendapatkan satu aja pelanggan yang nyangkut namun juga ada momen dimana kita merasakan rasa syukur yang luar biasa ketika usaha kita sudah mulai dihargai.
Disini kita mikir jangan kan sedekah dengan orang fakir toh kita sendiri masih merangkak buat naik. Oke tidak apa-apa jika begitu kita harus ganti pola pikir lama menjadi saat ini tidak ada yang mampu aku beri tetapi setelah mendapatkan orderan ini aku akan menyedekahkan kepada saudara atau yang sudah berkeluarga kepada istri & anak sehingga nilai sedekahnya terus mengalir.
Cara ini sebenarnya tidak berusaha membuat kita susah dalam prakteknya namun cara ini akan memberikan kepuasan batin yang tidak ternilai dengan rupiah yang seharian udah kita cari. Hanya saja ada bersedekah harus kita amati dalam tanda kutip jika seseorang yang kita beri itu khawatir dibeli untuk sesuatu yang membuat ia semakin susah maupun yang berlawanan dengan syariat agama wajar aja kalo kita tahan dulu dan alihkan kepada yang lebih membutuhkan.
Dan mudah mudahan saja apapun yang sudah kita sedekahkan menjadi ladang modal kita setelah kehidupan yang fana ini. aamiin
PENUTUP
“Usaha barakah bukan tentang seberapa besar profitnya, tapi seberapa jauh dampaknya untuk umat. Mulai hari ini, ambil satu langkah kecil: revisi niat, cek keuangan, atau didiskusikan dengan tim tentang visi Islami bisnis Anda. Share artikel ini ke 3 teman pengusaha Muslim—semoga jadi amal jariyah!”
Wallahu a’lam bishawab
Q&A
Q: Bisakah saya dapat pendanaan syariah tanpa riba?
A: Bisa! Manfaatkan crowdfunding syariah (contoh: Kitabisa.com) atau kerja sama bagi hasil (mudharabah).
Q: Bagaimana jika produk saya belum 100% halal (misal: packaging masih menggunakan jasa non-Muslim)?
A: Prioritaskan perubahan bertahap. Cari supplier Muslim atau edukasi mitra tentang prinsip halal.
Q: Apa buku rekomendasi untuk entrepreneur Muslim?
A: “The 16 Wealth Principles of Ibn Khaldun” (Abdul Aziz Islahi) atau “Business Wisdom from the Quran” (Fadel Ibrahim).
REFERENSI
1. Al-Qur’an & Hadits terkait muamalah.
2. State of the Global Islamic Economy Report 2023.
3. Buku “Islamic Business Ethics” (Rafik Issa Beekun).
4. Panduan BAZNAS tentang Zakat Usaha.